Oleh: Bella Lutfiyya
Aktivis Muslimah
“Haruskah saya mencoba menyelamatkan yang terluka, menggendong para martir atau mencari tepung terigu? Demi Tuhan, saya rela mati demi bisa membawa sekantong tepung terigu untuk anak-anak saya agar mereka bisa makan”
Saat kita masih bisa makan dengan nyaman, lauk-pauk dan bahan pangan yang mudah didapatkan, sementara di sisi lain dunia terjadi malnutrisi, kelaparan, dan pembunuhan yang semakin mengkhawatirkan. Masyarakat Gaza di Palestina hanya bergantung pada pembagian makanan dari Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), dukungan Amerika Serikat dan Israel. Menurut sumber yang dikutip dari BBC World Service pada 23 Juli 2025, 1.054 orang tewas saat berusaha mendapatkan makanan, 766 diantaranya tewas di sekiat lokasi GHF, dan 288 di dekat konvoi bantuan PBB serta bantuan kemanusiaan lainnya.
Sejak gencatan senjata gagal diperpanjang, Israel memberlakukan blokade penuh pada 2 Maret 2025. Truk bantuan hanya diperbolehkan masuk dalam jumlah yang nyaris simbolik. Padahal, ada sekitar 6.000 truk berisi bantuan pangan, obat, sabun yang bisa memfasilitasi banyak orang, sayangnya bantuan tersebut tertahan oleh blokade (cnbcindonesia.com, 23 Juli 2025).
Menurut otoritas kesehatan setempat, lebih dari 59 ribu warga Palestina telah tewas di Gaza sejak Oktober 2023, termasuk setidaknya 113 orang yang meninggal karena kelaparan. Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Rabu, bahwa blokade Israel telah mendorong Gaza ke ambang "kelaparan massal". Bahkan, Badan Pangan PBB (WFP) menyebut Gaza telah masuk pada fase Catrastophic Hunger atau bencana kelaparan (news.republika.co.id, 26 Juli 2025).
Kebiadaban Zionis Yahudi semakin meningkat, bahkan tak ada kata yang pantas untuk mendeskripsikannya,disebut manusia pun sudah tak pantas. Tidak hanya membombardir dan meratakan Palestina dengan tanah, mereka bahkan melakukan genosida jenis “baru”, seolah tak puas dengan kebiadaban yang telah mereka lakukan bertahun-tahun.
Makan, siapa yang tak butuh?
Kebutuhan jasmani setiap makhluk ini nyatanya juga dirampas oleh Zionis Yahudi dengan membiarkan krisis kelaparan pada rakyat Palestina. Membiarkan para anak lemah tak berdaya yang menyisakan tulang saja di tubuh mereka. Membiarkan para lansia, wanita, mengikat batu pada perut mereka. Membiarkan para orang tua berebut makanan yang tak tahu nasibnya akan seperti apa setelahnya, ditembaki kah atau pulang membawa sekantung “harta”.
Sandang, pangan, papan, ketentraman, kenyamanan, semua dirampas oleh Zionis Yahudi. Semakin nyata, kekejaman Zionis Yahudi tak mempan hanya dengan retorika dan bantuan kemanusiaan. Apalagi zionis senantiasa dibela AS dan veto AS. Mandulnya organisasi-organisasi internasional seperti PBB makin nyata di pelupuk mata.
Pemimpin negeri-negeri muslim sudah mati rasa, buta, dan abai pada seruan Allah dan Rasul-Nya. Pemerintah negeri-negeri Islam tidak mengambil langkah apapun. Padahal, mereka memiliki kemampuan untuk menolong Palestina. Mereka memiliki tentara, harta, bahkan hati dan akal untuk membebaskan Palestina. Sekat Nasionalisme menjadikannya acuh dan hanya memikirkan negaranya sendiri, padahal sejatinya sekat atau garis nasionalis hanyalah ilusi semata.
Umat Islam telah termakan propaganda Barat sehingga menjadi lemah. Padahal, umat Islam memiliki kekuataan luar biasa yang bersumber dari akidah yang kokoh. Sejarah panjang telah membuktikan bahwa umat Islam memiliki kekuatan besar yang mampu menjadikan Khilafah sebagai negara adidaya.
Para musuh Islam menyadari kekuatan besar ini dan pada akhirnya, mereka berhasil memecah-belah umat dengan sekat Nasionalisme, hingga hilanglah persatuan itu. Two state solution atau solusi 2 negara bukanlah solusi yang solutif. Pembebasan Palestina hanya bisa ditempuh dengan jihad yang ditegakkan dalam naungan Khilafah dan inilah solusi hakiki yang perlu diketahui.
Umat Muslim punya tanggung jawab yang besar terhadap saudara sesama muslim lainnya di belahan bumi manapun termasuk Palestina. Peran jamaah dakwah ideologis dalam memimpin dan menyadarkan kesadaran umat untuk mengembalikan kemuliaan Islam yang sesungguhnya harus terus dilakukan. Para pengemban dakwah harus meningkatkan keterampilan dalam berinteraksi dengan umat dengan cara menggugah perasaan dan pikiran, meningkatkan keyakinan, dan istiqamah menempuh jalan dakwah Rasulullah SAW. Selain itu, terus mendekatkan diri pada Allah sembari melayakkan diri menjadi hamba yang layak mendapat pertolongan-Nya.
Peran kita sebagai umat Muslim sangat bernilai di mata Allah sekecil apapun hal yang dapat kita lakukan. Mari perluas wawasan Islam, sehingga kita dapat menyadari bahwa agama ini bukan hanya agama yang berfokus pada ibadah saja, melainkan agama yang sempurna. Agama yang juga mengatur kehidupan manusia dari bangun tidur hingga bangun negara. Dan sehingga kita tahu mengapa Palestina wajib diperjuangkan dan dibela. (*)










LEAVE A REPLY