Jakarta, pjminews.com- Direktur Jaminan Produk Halal Kementerian Agama, Muhammad Fuad Nasar, menegaskan adanya perbedaan mendasar antara Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dengan Direktorat Jaminan Produk Halal Kemenag. Hal itu disampaikannya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (22/8/2025).

"BPJPH sesuai amanat undang-undang dan peraturan presiden dibentuk sebagai eksekutor dalam penyelenggaraan sertifikasi halal. Sementara Direktorat Jaminan Produk Halal Kemenag berperan pada aspek strategis yang tidak dijalankan BPJPH," ujar Fuad.

Fungsi Direktorat Jaminan Produk Halal Kemenag, lanjut Fuad,  adalah perumusan kebijakan, evaluasi, pemantauan, dan pelaporan. Karena jaminan produk halal tidak hanya menyangkut aspek keagamaan, tetapi juga ekonomi, sosial, pendidikan, hingga perdagangan.

"Jadi saling menguatkan. Bukan tumpang tindih," tegasnya.

Lebih lanjut, Fuad menekankan bahwa jaminan produk halal bukan sekadar label atau proses administratif sertifikasi. “Halal juga menyangkut nilai-nilai yang ditanamkan kepada masyarakat. Kami di Direktorat memperkuat literasi halal, bahwa halal itu mudah, menenangkan, membahagiakan, menenteramkan, sekaligus menyehatkan,” katanya.

Ia menambahkan, literasi halal perlu menjangkau generasi muda, termasuk Gen Z, agar nilai-nilai halal dapat terus relevan dengan perkembangan zaman.

“Indonesia sebagai negara dengan penduduk religius memiliki kepentingan untuk menjadi pusat industri halal dunia sekaligus pusat literasi halal. Ini harus menjadi perhatian bersama,” tegas Fuad.

Di tempat yang sama,  Dirjen Bimas Islam Kemenag Abu Rokhmad menjelaskan  rangkaian kegiatan Blissful Mawlid 2025  yang akan berlangsung pada 23 Agustus–2 Oktober 2025. Agenda  dimulai dengan Mawlid Funwalk yang bertepatan dengan Car Free Day di Jalan MH. Thamrin, Jakarta, pada Minggu (24/8/2025).Rangkaian Blissful Mawlid akan ditutup dengan Ngaji Budaya: Haflah Maulid al-Rasul pada 2 Oktober di UIN Walisongo Semarang. Acara ini mengangkat tradisi Maulid Nusantara melalui refleksi budaya dan seni, sebagai ruang dialektika antara agama, budaya, dan identitas kebangsaan.***(pjmi/IL/sp-bi/ibn)

Video Terkait: